Minggu, 01 Mei 2011

Perbincangan Otak Kiri & Otak Kanan

Suatu malam tenang sesaat ketika kamu tidur
disampingku, terlihat nyenyak dan memimpikan
sesuatu. Ingin aku ikut kedalam mimpimu, seingin
aku untuk terus ikut bersama dalam cerita
hidupmu. Sudah berjam-jam aku mencoba ikut lelap
disampingmu, tapi bekas air matamu di bantalku
seperti tak rela membiarkan aku tertidur,
sementara otakku tidak berhenti bicara tentang
kamu. Otak kiri: "sudah, pergi dari dia, biarkan dia
tenang"
Otak kanan: "tapi aku masih ingin bersamanya,
bikin dia senang"
Otak kiri: "mungkin dia senang, tapi dia tidak
bahagia" Otak kiri: "aku cinta dia! Harusnya cinta bisa bikin
bahagia"
Otak kiri: "cinta saja tidak cukup"
Otak kanan: "lalu apa yang cukup? Semua yang
aku lakukan untuknya tidak akan pernah cukup"
Otak kiri: "mungkin akan cukup kalau kamu biarkan dia hidup normal, pacaran, tunangan lalu
melanjutkan ke pernikahan"
Otak kanan: "dia tidak mau menikah, buat dia
pernikahan adalah sebuah tekanan"
Otak kiri: "iya, tapi gadis cantik dan muda seperti
dia tidak akan tahan dengan tekanan" Otak kanan: "jadi karena tidak tahan, akan
menyerah dan mengikuti permintaan dan berakhir
di pernikahan?"
Otak kiri: "kamu toh tidak bisa menikah
dengannya, iya kan?" Otak kanan diam, dia memang selalu diam kalau
bicara soal pernikahan. Walau dia adalah otak, tapi
dia tidak pernah bisa menemukan jawaban kenapa
cinta harus diakhiri dengan pernikahan. Ya! Betul,
diakhiri. Karena setelah menikah biasanya cinta
berakhir, berubah jadi sayang, lalu berubah jadi pengertian, lalu berubah jadi kebiasaan, lalu
berubah jadi sejuta alasan untuk mempertahan
pernikahan. Otak kanan: "aku tahu, aku tidak bisa menjanjikan
apa-apa kepadanya, tapi kalau dia harus pergi
sekarang....aku belum siap"
Otak kiri: "lalu kapan siapnya? Setelah dia jadi
perawan tua? Sudah biarkan dia pergi, dia sudah
lelah dengan keberadaanmu. Dia lelah karena tidak bisa berbagi cerita tentang dirimu, dia lelah karena
tidak bisa bebas menikmati hari denganmu, dia
lelah karena dia cinta kamu!"
Otak kanan: "tapi waktu yang kita miliki selama ini
begitu istimewa, tiap kebersamaan memiliki arti
yang luar biasa, tiap sentuhan seakan membawa kita ke surga"
Otak kiri: "hahaha...kamu kan tahu, di dunia, waktu
bisa membuat surga jadi neraka. Mungkin
sekarang waktunya surga itu berubah jadi neraka" Pembicaraan 2 sisi otak terhenti ketika tubuh indah
dengan wajah cantik di sebelah kiri bergerak
membalikkan badan. Kini wajahnya terlihat jelas
walau lampu kamar menyala dengan temaram.
Entah sadar atau tidak, satu tangannya memeluk
tubuhku. Kulit lembutnya begitu dingin terkena AC dengan temperatur 22 derajat. Tapi kehangatan
yang aku rasakan didalam hati, menikmati pelukan
yang mungkin untuk terakhir kali. Otak kanan dan otak kiri bukan hanya berhenti
bicara, tapi sepertinya juga berhenti berfikir. Tidak
ada lagi diskusi, tidak ada lagi adu argumentasi.
Yang tersisa hanya keheningan, sambil keduanya
menikmati rasa hangat dari pelukan cinta yang
sebenarnya tidak akan pernah berakhir, tapi harus berhenti.
Mungkin inilah saat yang paling pas untuk aku ikut
tidur bersamamu..
Kututup mataku sambil berdoa, ketika aku
membukanya esok pagi, kamu masih ada disini...